Thursday 26 October 2017

SURGA KECIL DI LERENG RINJANI

Tags

Sejarah Sembalun


Sembalun Dari Masa ke Masa

 Sembalun merupakan salah satu darah tertua dari 13 desa tertua yang ada di pulau Lombok selain dari desa Bayan , Bebekeq, Medayin, Kedaro, Batudengdeng, Selaparang, suradadai, Benoa, Pejaggik, Jerowaru, Langko dan Peraya. Kata sembalun sesungguhnya berasal dari bahasa jawa kuno yang terdiri dari dua suku kata yakni kata “ SEMBAH” dan “ULUN” kata Sembah mengandung makna menyembah/menyerah diri/mematuhi/taat, dan Ulun , dari kata dasar Ulu yang berarti kepala / atas / atasan / pemimpin.makna lain yang terkandung dari kata sembahulun adalah :i orang sembalun berkewajiban untuk menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta dan pemelihara alam dan manusia wajib mentaati segala ketentuan – ketenuan kepercayaan yang di anut, setiap orang sembahulun wajib mentaati dan memeatuhi pemimpin – pemimpinnya, bahwa setiap orang sembahulun mempunyai kewajiban untuk selalu taat kepada adat leluhurnya selain taat kepada Yang Maha Esa dan kepada Pemimpinnya .

Pada mulanya sembalun sesungguhnya sudah di diami oleh sekelompok manusia yang menganut faham animisme . keyakinan inilah pertama – tama dianut oleh mereka yang mendiami gumi Sembahulun. Pada akhir abad ke 14 semasa selaparang hindu, ketika gunung rinjani meletus, pemimpin mereka memerintahkan pendududk meningalkan sembalun untuk mengindari aliran lava panas yang sangat dahsyat. setelah mengungsi sekian tahun lamanya, saat kondisi di pandang aman, ternyata hanya 7 ( tuuh ) pasang orang atau tujuh pasang kepala keluarga yang dapat kembali ketempat semula, lalau mereka kembai membangun tempat mereka yang telah porak poranda oleh letusan gunung rinjani, mereka seyogyanya tidak mengetahui secara pasti tempat banguan yang mereka tinggalkan mengungsi, di tempat inilah mereka mencoba menata kehidupan seadanya,walaupun mereka hidup serba sederhana dan dengan seala keterbatasannya, ketujuh orang kepala keluarga inilah yang pertama – tama mendiami gumi sembalun pasca meletusnya Gunung Rinjani sebagai generasi sembalun ke dua. Tempat itu kemudian di sebut Desa Bleq. Yang bermakna Desa besar / desa induk. Manusia pada masa inilah diangap sebagai asala muasal / cikal bakal keturunan generasi sembalun selanjutnya, dalam kurun waktu yan cukup lama ketujuh pasangan suami istri ternyata tidak bisa mebuahkan keturunan. Oleh karna itu bersepakatlah mereka untuk pindah meninggakan pemukima Desa Beleq mencari tempat lain. Mereka menuju kearah barat sampai akhirnya mereka sampai di pinggiran sungai, ternyata airnya cukup deras dan berbaaya untuk di seberangi. Lalau mereka berbalik haluan kearah selatan hinga sampai dibagian kali yang paling sempit. Sejenak mereka bersama – sama memikirkan cara penyeberangan kea rah barat akhirnya mereka menemukan stategi dengan cara saling topag satu samalainnya sampai selesai, tepat pada bagia kal yang sempit ini mereka beri nama Lokok Sangkabira. Saangkabira dalam bahasa sasak sembalun adalah saling topang , saling sokon , saling bantu, gotong royong . dari lokok sangkabira ini mereka bergerak kearah barat kira – kira 100 meter,di sinilah mereka mulai membangun tempat tinggal yang baru, merka membuat bangunan yang petama kemudian sampai saat ini yang disebut Bale Malang, di namakan bale Malang karna hanya rumah ini yang menghadap kearah timur dan barat, sedangkan rumah –rumah lainya semuanya mengambil posisi dengan aah utara selatan . Bale Malang ini dalam keberadaannya memang husus di buat untuk tempat bertuah. Dalam setiap pertemuan di bale malang selalu ada nasehat dan wejangan yang isinya : 1. Kalian harus selalu patuh kepada sesame da taat terhadap pemimpin. 2. Kalian harus selalu menanamkan semangat Sangkabira , yang berarti tolong – menolong , saling bantu membantu, dan suka bekerja sama dalam menghadap setiap kesuliatan dalam kehidupan. 3. Kalian haus senantiasa bekerja keras dan tidak boleh cepat putus asa. Inilah patuah yang selalu di ajarkan pada anak – anak mereka sampai akhirnya mereka bertujuh menyepakati untuk kembali bersama – sama ke Desa Bleq desa asal mereka.Desa Bleq menurut mereka tidak boleh di amba maupun di kurangi dari jumla tujuh buah rumah, namun mereka masih dalam kebingungan bagaimana cara membuat rumah seperti yamg mereka pada harapan. Dan pada saat mereka kebingungan inilah datang dua orang yang mereka tidak kenal, kelak yang akan membawa perubahan besar bagi ketujuh paangan manusia sembalun ini. Kedua orang pendatang ini di ketahui bernama RADEN HARYA PATI dan RADEN HARYA MANGUNJAYA. Kdua pendatng ini mehampiri mereka, kemudian memberikan petunjuk bagaimana cara memagun rumah sesuai enan harapan mereka.
Diceritakan pula RADEN HARYA PATI dan RADEN HARYA MANGUNJAYA melanukan ajarannya dengan memberikan ( 4 ) empat macam pegagan hidup yaitu : 1. Adat dan agama ( islam ) sebagai peganan hidup. 2. Kitab ( al-qur’an ) sebagai pedoman beragama. 3. Padi ( padi merah ) satu ikat sebagai tanaman pertanian yang menjadi sumber makanan. 4. Bebesian ( Besi ) sebagai alat bertani da alat beladiri.
Pada kesempatan ini juga di nobatkan 4 ( empat ) orang dari mereka di beri nama panggilan baru yaitu : 1. Titiq Islamin. 2. Titiq Kertanrgara. 3. Titiq Bagia. 4. Titiq Ratani. Titiq artinya tertua masyarakat. Dalam perkembangan masyarakat sembalun terjadilah pembagian kepengurusan atau pembagian tugas yang baku dia natara mereka. Titiq Islamin : mengurusi agama dalam kehidupan beragama. Titiq Kertanegara : mengrusi pemerinahan. Titiq Ratani : Megurusi masalah adat.
Sebelum pergi meninggalkan sembalun, Raden Harya Pati dan Raden Harya Mangunjaya memperingatkan kepada mereka akan menghadapi banyak tantangan daan cobaan serta peperangan – peperangan . mereka di yakinkan pula bahwa dalam menghadapi kesemua itu mereka pasti akan mendapatkan pertolongan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Akhirnya merekapun terus melanjutkan pembangunan tujuh rumah di Desa Beleq. Dari waktu kewaktu merekapun berkembang biak , sehingga tidak memungkinkan untuk semuanya hidup dan berketurunan di Desa Beleq , karana dengan mentaati ketentuan sebelumnya bahwa di lokasi Desa Beleq tidak boleh menambah ataupun mengurangi bangunan rumahnya, merekapun memutuskan untuk mencarai lokasi baru untuk membangun pemukiman yakn di Gubuk Rumpang ( Bale Malang ) sebagian lagi kearah selatan di wilaah desa Sembalun Bumbung sekarang.
Sebagaimana yang telah di peringatkan oleh Raden Harya Pati dan Raden Harya Mangunjaya dengan akan adanya cobaan dan peperangan. Ternyata kemudian terjadilah peperangan melawan iblis , peperangan ini di lakukan dengan senjata menggunakan ketopat, sesungguhnya secara simbolik mereka melakukan perang – perangan di antara mereka denga saling lempar mengunakan ketopat. Perang – peperangan menggunakan ketopat ini pada perkembangannya menjadi suatutradisi masyarakat yang disebut perang topat yang di lakkan pada setiap acara ngayu – ayu di desa Sembalun. Setelah melakuan perang topat untukkesekian kalinya , penduduk sembalun kembali menghadapi peperangan selanjutnya yaitu perang Panah Racun. Dalam perang ini masyarakat sangat kebibgungan, karna mereka tidak berhadapan langsung dengan iblis, tetapi yang mereka hadapi adalah berupa hama tanaman . sebagian besar masyarakat gagal dalam mengelola tanamannya karna diganggu oleh hama penyakit yang mereka akini adalah kiriman iblis, untuk menghadapi peperangan ini mereka di tolong oleh Raden Patra Guru dengan menyuruh untuk menggunakan obat penawar racun yang berupa air di peroleh dari mata air Timba Bau. Seyogyanya dalam hal ini mereka melaksanakan upacara yang di sebut BIJA TAWAR, yaitu upacara member obat penangkal pada bibit tanaman, terutama bibi padi. Setelah menghadapi dua jenis peperangan ini masyarakat sembalun kembali menghadapi perang Bala. Dalam petaka peperangan ini yang diserang adalah penduduk dengan penyakit kolera,ketika masyarakat menghadapi peperangan ini , di antara penduduk satu sama lain sangat sulit untuk tolong menolong disebabkan oleh ganasnya wabah tersebut, dalam peperangan inimereka di tolong oleh Raden Harya Pati, Raden Harya Mangunjaya,Raden Ketip Muda,Raden Patih Jorong ,Raden Patra Guru, ke enam orang yang sakti ini betindak sebagi pemimpin peperangan mereka.
Berkat banuan dari keenam orang ini masyarakat akhirnya dapat hidup sebagai mana layaknya. Mereka kemudian dapat membangun rumah sesuai dengan harapan mereka sebelumnya, setelah selesai membangun secara pelahan – lahan kehidupan mereka mulai membaik . sebagi ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa mereka kemudian menyembeleh lima ( 5 ) ekor kerbau, dengan cara satu ekor di potong sebelah barat, satu ekor d potong sebelah timur, satu ekor di potong selatan , satu ekor di potong sebelah utara dan tepat di tengah tengah empat penjuru mata angin di potong satu kerbai dengan kesemuanya berjumlah lima ekor kerbau. Di tempat yang baru ini hidupan kehidupan mereka semakin membaik dan sejahtera, pertambahan penduduk semakin cepat, kemudian mereka mulai menata kehidupan bersama di pimpin oleh empat sekawan ahli agama dan adat yang di sebut “titiq” dengan pembagian tgugas masing – masing : 1. Titiq Islamin dipercaya sebagai kiyai dengan tugas melakukan pembinaan mental spiritual atau mengurus bidang keagamaan, 2. Titiq Kertanegara dipercayakan sebagi pembekel yaitu dengan tugas memmpin pemerintahan adat, mengurusi social kemsyarakatan penduduk. 3. Titiq Bagia di percaya sebagai pemangku adat atau pmpinan kerama desa yang bertugas untuk menegakkan awiq – awiq dan sangsi –sangsi pelanggaran adat. Pembagian tugas inilah sebagi dasar orang sembalun alam rangka melaksanakan kehidupan bermasyarakat harus menjunjung tinggi syari’at agama disamping selalu menjunjung tinggi adat istiadat,serta senantiasa saling menghormatidan mentaati pemimpinya.
Dalam struktur kemasyarakatan orang sembalun ada keunikan dalam pelapisan social berupa pembagian kasta – kasta, disembalun kita tidak dapatkan menak , non menak ,bangsawan atau bukan bangsawan menurut orang sembalun bahwa semua manusia sama kedudukannya di adapan Tuhan. Karenanya an ada hana goloa Amaq dan inaq saja. Golongan masyarakat biasa sampai sekarang yang masih di antut adala sebutan “ Pe “ bagi pejaba pemerintah. Bagi mereka yang di angkat menjadi prabekel, sebagi pejabat pemerintah seperti jabatan kepal desa ( pemusungan ) atau kepala Dusun ( kliang ) , diberikan sebah penghormatan /penghargaan non gelar yakni “ Pe “ tetapi sebutan itu akan berlaku bagi keturunannya apabila da tidak mejadi pejabat pemerintahan. Dalam kaitana dengan struktur masyarakat yang demikian itu , menyebabkan tidak adana penggunaan bahasa halus dan kasar dalam pergaulan masyarakat sembalun, tentunya hal ini akn sangat berbeda dengan tempat lainya di pulau Lombok khususnya dan diseluruh nusantara pada umumnya , penggunaan kata halus dan kasar menurut orang sembalun adalah hanya di gunakan menurut usia , entunya yang muda akan menghormati lawan bicaanya yang lebih tua usianya. Misalnya < Mau kemana ( Bhs Indo ) – kepada orang yang lebih tua di katakana : Gin pe kembe , kepada orang sebaya : Gintu Kembe / gin Ta kembe, kepa orang yang lebih muda : Gin da kembe / gin bi kembe ( perempuan ) gin mek kembe ( laki – Laki ). Adapun bahasa sasak yang d gunakan oleh masyarakat sembalun adalah bahasa sasak dengan dialek standar “ nggto-nggute “hamper mirip engan dialek standar “ kuta – kute “ seperti ang di gunakan masyarakat komunitas Bayan.
Benda – benda pusaka sebagai bukti kelahiran dan peradaban masyaraka sembalun
1. Kitab
Kitab ini terdiri dari Al-Quran terbuat dari kulit onta,kitab Tuhpah, Kitab/Lontar Jatiswara , kitab-kitab tersebut berisikan patuah – patuah dan bimbingan hidup , sebagai pedoman dan pelaksanaan kegiatan – kegiatan masyarakat adat yang aa di sembalun .
2. Keris
Sebagaimana lazimnya benda pusaka yang lainya , keris meupakan salah satu peninggalan sejarah sangat penting artinya dalam peruses berdirinya sembalun .adapun salah satu keris ang cukup terkenal yang pada zaman dahulu sering di paki dalam peperagan – peperangan dan terbukti sampai saat ini masih memiliki kekuatan gaib yaitu SADU, keberadaan keris ini oleh orang sembalun di saduk di yakini di percaya mempunyai kekuatan yang luar biasa . itulah sebabnya keris ini I beri nama SADU siapa saja yang memakai dan memegag keris ini memiiki semangat pantan menyerah , karna rasa percaya dirina begitu besar . kata Sau barasal dari kata turunan “ Asyhadu “ dalam kalimat tauhid Asyhadu alla illaha illallah “ ( aku bersaksi tiada tuhan selan Allah ) keris ini di buat,bertuah, dan di berinama setelah mereka menerima agama islam. Pada saat terjadinya peranag di peraya yakni peperangan antara kerajaan Pejanggik melawan Raja Anak Agung ,Gde Agung ( tepatnya Raja Karang Asem cakranegara ) yang bermaksud menjajah gumi Lombok,salah seorang tokoh sembalun yang bernama TITIQ DALIK mengamuk di medan laga .karna peperangan sudah selaseai maka Titiq Dalik dan rekanya kembali kesembalun ketika kembali kesembalun SADU tidak dapat di lepaskan dari genggaman tangan Titiq Dalik, karna berselaputan dengan darah yag sudah beku, selama berbualan – bulan lamanya di siram pakai air hangat baru bisa terbuka tangannya dari gagang keris “ SADU” . Kejadian lain yang menjolok ketika keris ini di bawa untuk mengejar pencuri atu penjahat gagangnya harus di ikat engan warangnya , jika musuh yang di kejar sudah dekat maka dia akan keluar sendiri dari warangnya sampai sekarang. Di sampaing keris ini ada juga keris yang lain yang sampai saat ini masih di yakini bertuah dan dapat menyembuhkan siapa saja dari gigitan kalajengkin dan semua jenis yang berbisa lainya sepertu ular , tabuan dll. Dan masih banyak lagi keris-keris yan mempunayi kelebihan lainya .
3. Jungkat / tongkat .
Terkait dengan keberadan kitab – kitab yang di atas, maka keberadan tongkat ini pun mempunyai nilai – nilai mistis yang sangat dahsyat.
4. Bedil
Di yakini bahwa benda ii di terima dari orang yang tidak di kenala dan bukan buatan manusia melainkan mahluk gaib. Bedil ini ada tujuh buah, enam buah berpasangan dengan keris sedang ka satu buah tidak berpasangan an di beri nama TERUNA TUKAQ ang artinya pemuda lajang. Bedil – edil ii apa bila kita peratika dengan kasat mata , maka ia trgolong aneh karna lebih besar peluru dari pada lubang bedil, bedil ini di gnakan engan cara ag sangat aneh pula. A. Untuk badan bedilnya ( Senjata ) dibuatkan pangul kayu api, sehinga setelah terjadina ledakan maka dengan sendirinya kayu – kayu inila yag berterbangan mencarai musuh yang atang menyerang. B. Untuk pelurunya disediakan bak penampun dan stiap pelurunya yang pulang dari peperangan tentunya dengan berlumuran daah dan akan kembali menceburkan dirinya kedalam bak yang sudah di sediakan . bedil ini setiap 4 tahun selau di mandikan ( Usuk ) menggunakan air jeruk dan di gosok degan besi kuningan atau kepeng tepong /uang bolong
5. Sabuk
Potongan rotan yang di jadikan sabuk ( rotan yang buku/ ruasnya berhadapan ) untuk kekebalan tubuh.
6. Perisai
Perisai ini di pergunakan dalam upacara loh makam, suatu upacara tradisional yang berkaitan dengan ngayu –ayu .
7. Gong
Gong ini juga di akini mempunya kekuatan gaib yang bisa melawan iblis yang jahat (yang suka menyembunyikan / menghilangkan orang) apa bla ada warga masyarakat sembalun yang ilang atau di sembnikan jin. Apa bila gong ini di bawa dan dpukul di sekitar empat kejadian maka beberapa saat kemudian orang yang ilag iu akan muncul seketika.kebradaan gon ini di akii oleh orang sembalun diterima sejak awal berdirinya desa sembalun bersamaan dengan pusaka – pusaka yag lainya .
Sejarah perkembangan pemeintahan
Hari demi hari trlewati sudah , jumlah penduduk sembalun semakin bertambah, pada gilirannya tibalah saatnya merekeka membuat, membenuk serta menyusun pemerintahan , pada mulanya susunan pemerintahanyang dibentuk sangat sederhana, pemerintahan yang sangat sederhana ini di pegang oleh : 1. Titiq Islamin sebagai kiyai bertugas untuk melakukan pembinaan mental spiritual atau mengurus bidag keagamaan . 2. Titiq Kertanegara berfungsi sebagai parabkel/pemekel denan tugas memipin pemerintahan adat. 3. Titiq Ratani., sebagai pande bertugas untuk memberikan pengetahuan kepada penduduk untuk menyiapkan dan membuat alat kelengkapan rumah, pertanian dan keris. 4. Titiq Bagia , sebagai pemangu adat atau pemimpin kerama desa bertugas untuk menegakkan awiq awiq dengan sangsi-sangsi pelanggara adat.
Sususnan pemerintahan dengan bentuk yang sederhana ini berlangsung cukup lama dalam rentang waktu ratusan tahun , dengan pertambahan penduduk yang cukup pesat serta di barengi dengan terjadinya hubungan komunikasi yang semakin terbuka dengan pihak luar sembalun , maka susunan pemerintahan ditata dan disempurnakan kembali , pada awalnya pemerintahan ini berpusat di Sembalun Bumbung di perkirakan berdiri sejak tahun 1855 bersamaan dengan mendekati berakhirnya kekuasaan pemerintahan Anak Agung atau 39 tahun menjelang kekuasaan colonial belanda di Lombok. Akan tetapi perlu di catat bahwa secara depacto penguasaan Anak Agung karang asem maupun penjajah belanda , tidak pernah menguasai desa Sembalun secara fisik. Adapun pembagian /wilayah kerja pembekel / kepala desa sembalun adalah sebagi berikut :
1. Pada masa pemerintahan pembekel / kepala desa Pe Darmasih, yang berlangsung sejak tahun 1855 sampai dengan tahun 1858. Wilayah pemerinahan Desa Sembalun meliputi wilayah desa Sembalun Bumbung dan Sembalun lawang .
2. Pada masa pemerintahan Pembekel / kepala Desa Pe Smenep,yang berlangsung sejak tahun 1858 sampai denagn 1888, wilayah pemerintahan Desa sembalun bertambah luas meliputi Semabalun Bumbung, sembalun Lawang, obel –obel, dan medas.
3. Pada masa pemerintahan pembekel / kepala desa Pe Sairah, yang berkuasa sejak tahun 1888 sampai dengan 1915, ( pada akhir masa jabatanya , taun 1915 ) terjadinya pemekaran Desa Sembalun menjadi dua wilayah desa yaitu : a. Wilayah pemeritahan Desa embalun Bumbung . 2. Wilayah pemerintahan Desa Sembalun Lawang yang meliputi Desa sajang.
Maka terhitung sejak saat pemerintahaan sembalun lawang terbentuk dan menjadi Desa yang berdiri sendiri , terpisah dari desa induknya dengan susunan pemerintahan kepala desa adalah sebagai berikut :
1. Pe Lumirih – memerintah sejak tahun 1915 – 1934
2. Pe Lumirih – memerintah sejak tahun 19434 – 1944
3. Pe Darminih – Memerintah Sejak taun 1944 – 1945
4. Pe Milamsah – memerintah sejak tahun 1945 – 1961
5. Pe Nawirih – Memerintah sejak tahun 1961 – 1972
6. H.Mustiadi Nh – memerintah sejak tahun 1972 – 1988
7. Rusmini Nh – memerintah sejak tahun 1988 – 1997
8. Surdian SH – memerintah sejak tahun 1997 – 2003
9. Ust Abdurrahaman Sembahulun – memerintah sejak tahun 2005 – sekarang
Berdasarkan runut sejarah pemerintahan di atas dari sejak 1855 – sampai sekarang desa sembalun sudah di pimpin oleh 12 orang dan sekurang – kurangnya dari 4 keturunan ( empat generasi ). Pada dasarnaya pelaksanaan tugas – tugas peragkat pamong desa dengan kesatuan system kerja :
a. Pembekel , sebagai penanggung jawab utama dan sebagai pemimpin formal dan juga sekaligus berfungsi sebagi pemimpin adat
b. Pande , Selaku penaggung jawa dan penyedia alat-alat pertanian,senjata sebagai kelengkapan dalam berperang dan juga alat-alat kelengkapan rumah tangga dan sebagainya .
c. Kyai/ Penghulu Desa , selaku penaggng jawab dalam pembinaan mental spiritual masyarakat desa , dalam melaksanakan tugas dan fungsinya kyai/pengulu desa di bantu ole kyai gubuk yang ada dan di bentuk pada masing – masing kampun ( gubuk )
d. Pemangku, selaku penaggung jawab dalam melaksanakan adat istiadat dan pembinaan kemasyarakatan juga berfungsi untuk :
– Selama memimpin upacara – upacara tradisional keadatan, juga menegakkan sangsi atas pelanggaran adat istiadat, seperti penebanga pohon kayu bagi mereka yang melakukan penebangan denga cara melanggar adat yakni tanpa seijin dan pengetahuan pemangkadat , pelanggaran susila dan sebagainya .
– Berfungs sebagai pembangar melakukan ( pemangaran ) pada saat menempati tempat pemukiman / lahan garapan yang baru seperti pembukaan lahan ( asak ; memunik ) ,pembuatan rumah,dan sebagainya.
– Memka pntu masuk di wilayah pengawasan spiritual, artnya kalu kita ingin memasuki ke kawasan gunung Rinjani maka yang akan melakukan pemangaran / membuka pintinya adalah pemangku guung rnjani dan sebagainya.
Pemangku merupakan jabatan yang di pegang secara turun temurun dengan wilayah kepemangkuan berdasarkan daerah pengaasanya ang sudah tetap seperti 1. Pemangku Gunung Rinjani.2. Pemangku Majapahit.3. Pemangku Desa . 4. Pemangku Rante Mas . 5. Pemangku Makam .6. Pemangku Patra Guru . 7. Pemangku Reban / Timba gading.
Sejarah penyebutan nama –nama gunung di sekeliling desa sembalun
Sebagaimana di maklumi desa sembalun merupakan daerah perbukitan, sekelilingnya terdapat gunung – gunung yang mengitarinya bagaikan tembok raksasa yang membentuk sebuah danau jika kita memandang sembalun dari atas gunung itu , maka takubahnya kita melihat sebuah danau yang mengering , adapun nama gunung-gunung yang mengelilingi sembalun adalah : 1. Gunung Pergasingan. 2. Gunung Anak Dara . 3. Gunung Selong . 4. Gunung Telaga .5 Gunung Bao .
1. Gunung Pergasingan
Gunung pergasingan ( 1793 mdpl ) merupakan gunung yang berada di sebelah utara desa sembalun lawang , pergasinga berasal dari asal kata Gasing , merupakan sebuah benda permaiian tradisional yang di putar dengan mengunakan tali di sebut ( sembalun: Alit ), kana di yakini oleh masyrakat sembalun bahwa pada zaman dahululu tokoh – took trkenal pada masa itu , suka berlomba main gasing di puncak gunung yang datar ini , kegiatan ii rutin mereka lakukan sebagai ajang olahraga dan adau kepintran main gasing di antara mereka. Dalam bermaingasing berdasarkan awiq-awiq yang berlaku di tempat itu ada beberapa ketentuan yang harus di patuhi di antaranya adalah: 1. Apabila gasing yang d pergunakan terlempar kearah selatan , maka langsung dia dinyatakan kalah , karna gasingnya kan meluncur menuruni tebing , tapi walaupn ia terlempar kea rah selatan bagi yang memiliki kesaktian maka dia akan mampu mengembalikannya kea rah utara, 2. Bagi siapa saja yang sudah dinyatakan kalah maka dengan sendirinya dia harus patuh pada perintah yang menang , oleh karna itu untuk mengabadikan tempat permainan begasing ii di beri nama Gunung Pergasigan, oleh masyarakat sembalun sering di sebut dengan nama Gunung Atas Lauq .
2. Gunung Anak Dara
Gunung Anak Dara ( 1921 mdpl ) , merupakan gunung yang berada di sebelah timur Desa Sembalun Lawang , menurut sejarahnya serta menurut informasi yang beredar di tengah – tengah masyrakata bahwa gunung ini di sebut Gunung Anak Dara disebabkan oleh karna menurut keyakinan orang sembalun gunung ini tetap di pelihara oleh dua orang dara cantk , kemungkinan yang di maksud adalah dua putri muda yang cantik – cantik , dalam kepercayan leluhur ia termasuk sebangsa jin yan di sebut “ peri :”
3. Gunung Selong
Gunung Selong ( 1395 mdpl ) merupakan gunung yang paling dekat dengan pemukiman penduduk sembalun lawang khususnya kampung tradisional Desa Bleq , gunung yang tidak begitu tinggi , gunung ini di sebut gnung selong karna menurut sejarah bahwa salah atu benda pusaka orang sembalun ( yakni jungkat atau tombak ) , pada mulanya muncul di gunung ini denga cara di tarik dan di cabut dengan keras .
4. Gunung Telaga
Gunug telaga ( 1585 mdpl ) merupakan gunung yang letaknya dekat dengan permukiman penduduk , gunung ini di kelilngi oleh kebun – kebun milik penduduk sembalun lawang, menurut sejarahnya d kampng Dusu Tlaga dahulu kala setiap musim hjan terjadi banjir besar yang beasal dari gunung “ Aik Ilong “ dan semua air tersebut bermuara di satu tempat yang berbentuk lekukan yang seolah – olah menyerupai telaga besar.
5. Gunung bao
Gunung Bao (1334 mdpl) merupakan gunung yang terletak pula di sebelah timur Desa Sembalun Lawang. Sekarag sebagian besar tempat telah menjadi kebun kopi milik masyarakat. Di sebut gunung bao karena gunung ini dipenuhi dengan beraneka ragam tetumbuhan dan berbagai macan pohon kayu. Karenanya lebatnya pepohonan ditempat itu, terasa suasananya menjadi “bao” (rindang/sejuk). Rindang dalam bahasa sasak sembalun sama dengan bao.
Hal-hal yang perlu dikenali keberadannya
  1. Rumah Adat
  1. Rumah Adat yang ada di Sembalun, baik di sajang, Sembalaun Lawang maupun Sembalun Bumbung bentuk maupun bahan-bahan yang digunakan persis sama. Bahan yang dimaksud terbuat dari tumpukan tanah setinggi kurang lebih dua meter. Bahan bangunannya terdiri dari bamboo serta kayu-kayu, dengan beratapkan alang-alang. Menurut ketentuannya setiap Rumah Adat tersebut diharuskan menghadap utara-selatan sebagai perlambang kehidupan di dunia dan kehidpan di akherat kelak. Juga untuk mengingatkan arah menidurkan mayat dalam liang lahat.
  1. Beberapa Ciri Khusus Rumah Adat
  1. a. Tangga pada setiap Rumah Adat berjumlah tujuh buah yang melambangkan jumlah hari dalam satu minggu dan menandakan rukun iman
  1. b. Jumlah kamar ada dua bagian yakni Bagian rumah inti dan Bale Dalem
  1. c. bagian inti rumah terdiri dari beberapa bagian yakni :
  1. – bagian leq julu (bagian depan) atau serambi ruang depan, berfungsi sebagai tempat memasak dan berbagai kegiatan dapur lainnya, juga sebagai tempat makan dan tempat menyimpan makanan yang sudah dimasak/siap hiding atau siap untuk dimakan
  1. – bagian leq mudi (bagian belakang) atau ruang belakang berfungsi sebagai tempat tidur yang terdiri dari tiga buah yaitu : (1) dayan api (sebelah selatan tungku perapian), (2) lauq api (sebelah utara tungku perapian). Perapian bagi orang semabalun sangat perlu untuk mendapatkan rasa hangat dan atau menepis rasa dingin . mereka selalu membuat pengapian (perapian) disamping tempat tidur. (3) tindoan atas (tempat tidur yang agak tinggi) yang berada disebelah belakang perapian. Tindoan atas dipergunakan juga sebagai tempat untuk menyimpan senjata tajam. Disamping kiri pintu masuk ada yang disebut Balen Maling, yang mempunyai dua fungsi yakni :
  1. (1) sebagai tempat mengumpulkan sampah yang disebut Bakaq Ronggo
  1. (2) sebagai tempat menaruh Gegada /tongkat/pentung kayu untuk membela diri sewaktu-waktu kalau ada gangguan
  1. d. bale dalem berfungsi sebagai :
  1. (1) Tempat menyimpan bahan-bahan makanan yang masih mentah berupa beras, buah pinang, dan kebutuhan makan lainnya.
  1. (2) Sebagai tempat tidur anak gadis yang sudah mulai beranjak remaja (dedara). Dari tempat inilah si gadis menerima pemidangan tradisional yaitu menjalin hubungan antara muda mudi, dengan cara adat “BEJUJUQ”. Dalam bejujuq lelaki yang berada diluar rumah, menusukkkan/meamasukkan lidi lewat dinding bamboo (bedek rumah). Apabila lidi yang dimasukkan itu ditarik oleh si gadis, berarti kedatangannya, lamarannya/pinangannya diterima. Sebaliknya apabila lidi itu didorong (tidak ditarik) oleh sigadis, pertanda bahwa kedatangan atau lamaran/pinagannya ditolak
  1. Berugaq
  1. Berugak pada umumnya mesti terdapat pada masing-masing Desa, Berugaq Adat yang dimaksud adalah Berugaq Adat Desa dan keberadaannya dibuat secara turun temurun. Berugaq adat didua tempat yakni pertama di desa sembalun bumbung dan yang kedua Sembalun Lawang. Fungsi berugaq itu sesungguhnya sebagai Balai Adat. Di berugak inilah dulunya tempat para tetua-tetua Sembalun melaksanakan musyawarah (begundem) dalam rangka membahas berbagai persoalan seperti persoalan pemerintahan, persoalan pembangunan dan persoalan pembinaan kemasyarakatan serta dalam melaksanakan upacara-upacara tertentu dan kegiatan-kegiatan adat lainnya. Umumnya berugaq adat menggunakan enam buah tiang, karena itu di sebut ”berugaq sekenam”.
  1. 3. Bale Malang
  1. bale malang merupakan tempat untuk meminta patuah dari para kyai. Bale malang ini sampai sekarang masih dipelihara dengan baik oleh keturunannya yang merupakan toaq turun, dari keturunan laki-laki (patrilinial)
  1. 4. Langgar
  1. Langgar adalah sebutan lain dari mesigit (mesjid) yang digunakan untuk sarana peribadatan. Selain itu dipergunakan pula sebagai tempat melaksanakan upacara-upacara keagamaan seperti pelaksanaan upacara adat Maulid Nabi Muhamad SAW, Lebaran dan juga sebagai tempat membuka Kitab-kitab pustaka yang ada. Bekas Langgar SembalunLawang adalah berdekatan denngan bale malang Semabalun Lawang yakni tepatnya di masjid Nurul Huda sekarang.
  1. WarisanBudaya“TenunTradisional”
  1. Keahlian menenun, khususnya tenunan gedogan diperoleh secara turun temurun. Sampai saat ini penenun tradisional yang masih ada kurang lebih dua puluh orang. Penduduk lain yang bukan seketurunan penenuun belum memiliki keterampilan menenun. Bahka begitu tradisionalnya, alat perlengkapan tenun yang dimiliki penenun sekarang semua diperoleh dari warisan peninggalan leluhur mereka. Ini mengmbarkan bahwa peralatan tenun mereka telah berumur ratusan tahun, sedangkan generasi baru sekarang belum tampak trampil membuat alat tenun dengan kualitas bahan kayu yang dapat berumur ratusan tahun. Kedua puluh orang penenun yang semuanya kaum perempuan, selain memproduksi tenunan kain panjang dan selendang dengan motif tradisional berupa sulur dan kotak-kotak (yang umumnya disebut ”tapo kemalo dan ragi nenep”. Sampia saat ini sudah dapat menenun motif yang dimodifikasi berupa motif pucuk rebung (rebun bambu), juga motif kotak( kotak segi empat). Hasil tenunan sembalin ini sudah dapat memesuki pangsa pasar nasional.
  1. Adapun peralata tenun tradisional atau perabot sesek ini adalah :
  1. 1. Jajak : kerangka utama peralatan tenun yang terbuat dari kayu prabu
  1. 2. Ban Jajak : rangka tempat berpegangannya alat lain yang lebih kecil, terbuat dari kayu prabu
  1. 3. Stek : kayu anak ban jajak yang terbuat dari galih kayu kunyit, panjangnya kurang lebih 1,33 cm
  1. 4. Lidi : kayu lempengan penjanggal benang, yang terbuat dari birisa pelepah kelapa
  1. 5. Peggolong : penjanga benang yang lebih besar dari lidi
  1. 6. Sanak : penjanggal stek yang terbuat dari besi kuningan, gunanya untuk menimbulkan bunyi atau suara tok,tok,tok
  1. 7. Pengurun : penjanggel jarak irisan benang, yang terbuat dari kayu cemara atau kayu joed, panjangnya kurang lebih 100 cm
  1. 8. Beelida : alat pemadu alat tenunan benang, yang berbenuk senjata pemukul,terbuat dari galih kayu cemara atau galih bageq (pohon asam) panjangnya kurang lebih 80 cm
  1. 9. Suri : alat untuk memasukkan benang kedalam ikatan tenunan, setelah rane benang atau penit digerakkan. Alat ini terbuat dari bamboo. Suri berbentuk sisir
  1. 10. Apit julu : penjangal perut (didepan) terbuat dari kayu nangka, dengan panjang kurang lebih 125 cm
  1. 11. Apit mudi (pinggang): alat penjanggal belakang pada pinggang, terbuat dari kayu nangka dengan panjang kurang lebih 125 cm
  1. 12. Tali kuran: penjangal pinggang terbuat dari kayu nangka
  1. 13. Pelenting : alat untuk melilit benang masuk ke turak,terbuat dari tereng (bambu) atau kayu. Pelenting dimasukkan kedalam turak, baru kemudian dimasukan kedalam tenun
  1. 14. Turak : alat untuk memasukka benang, terbuat dari aura tau bamboo
  1. 15. Penyuit sui : alat untuk menarik benang yang kusut, terbuat dari bulu landak
  1. 16. Alit : tali penghubung apit julu dan apit mudi, terbuat dari rotan yang di anyam pepet
  1. 17. Rane : alat untuk memilih benang terbuat dari kayu nangka
  1. 18. Ulakan : untuk muyun atau nguyun atau mengulung benang, terbuatdari bamboo
  1. 19. Peraneq (perane) : apabila benang sudah dirane,kemudia dimasukkan ke dalam suri, dengan menggunakan penyuit suri yang terbuat dari bulu landak. Peraneq, panangnya 55cm-1,5 m sesuai dengan pesanan kain atau selendang, bisa juga mencapai panjang 2 m
  1. 20. Penggurun benang : pembuat jajak pada benang yang diperaneq. Nguyun yaitu pekerjaan melilit benang pada penggurun
  1. 21. Pengentiq gurun :alat penjanggal pada peraneq, ktika merane (melilit ragi kain tenunan) terbuat dari kertas
  1. Proses menenun
  1. 1. Nguyun : 1 hari
  1. 2. Ngerane : 1 hari
  1. 3. Nyuit dan menggulung : 1 hari
  1. 4. Nyesek (menenun) : 7 s/d 12 hari (rata-rata waktu kerja sehari 10-12 jam
  1. Begitulah proses pekerjaan menenun pada masyarakat Sembalun, suatu keterampilan tradisional yang diwariskan secara turun temurun, dalam rentang waktu berates-ratus tahun. Bahkan alat tenun yang digunakan masih masih merupakan alat tenun kuno


EmoticonEmoticon