Monday 6 November 2017

RUMAH ADAT SEMBALUN (BALE BLEQ)

Terdapat sebuah desa dan rumah pertama di lereng Gunung Rinjani yaitu di Dusun Belek, Desa Sembalun Lawang, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB). Di dusun itu hanya ada 7 rumah asli yang umurnya ratusan tahun.

Bentuk fisik rumah adat ini memang berbeda dengan rumah adat Suku Sasak yang membentuk seperti setengah lingkaran. Pembuatan lantainya pun unik, yaitu menggunakan adukan kotoran sapi.

"Lantainya itu dibuat dari adukan tanah dengan kotoran sapi saat pertama keluar, berfungsi menghalau nyamuk. Rumah ini dibangun dengan kayu jenis Suren Ritip untuk tiang rumah dan kayu pohon Nangka untuk tiang lumbung. Selain itu, atap rumah ini terbuat dari bambu dan atap ilalang," kata Suparlan (36), yang merupakan keturunan generasi ke-7 dari warga Desa Sembalun Bumbung

https://newrevive.detik.com/delivery/lg.php?bannerid=0&campaignid=0&zoneid=642&loc=https%3A%2F%2Fnews.detik.com%2Fberita%2F3263136%2Fmengenal-dusun-belek-dan-rumah-adat-pertama-di-sembalun-ntb&referer=https%3A%2F%2Fwww.google.co.id%2F&cb=98b8b838d8
Rumah pada zaman dahulu menurutnya sengaja dibuat tinggi karena masih terdapat banyak sekali hewan buas. Selain itu, atap yang memutar membuat hawa dingin tidak bisa masuk ke dalam rumah.

"Ruangan di dalam rumah ini dibagi menjadi dua. Satu ruang besar untuk menjamu tamu dan tidur. Yang kedua, ruang Bale Dalem untuk menyimpan barang-barang seperti hasil panen dan barang berharga," kata Suparlan.

Butuh perjalanan selama kurang lebih 2-3 jam dari kota Mataram untuk mencapai desa berjarak 91 kilometer dari pusat Kota Lombok. Dusun ini terletak di lembah Gunung Rinjani dan kata Suparlan merupakan desa pertama dibangun sejak meletusnya gunung itu.

Suparlan menambahkan, sesungguhnya terdapat 9 rumah di desa itu. Namun terjadi perpecahan karena 2 pasangan tidak mau tidak mau tinggal di desa itu dan akhirnya tinggal di Desa Sembalun Bumbung.

"Awalnya itu ada dua pasang ngajak tinggal di Bumbung dan yang 7 ngajak di Lawang. Karena menang 7 dengan sistem voting dan dua kalah tetapi tidak mau ikut ke Lawang. 2 pasang orang tidak mau tinggal di Lawang. Mereka berkata berani hidup di Bumbung walau hanya dua pasang," urai dia.


Akhirnya kata Suparlan, di Simbalun Lawang hidup 7 pasang orang dan Simbalun Lumbung ada 2 pasang orang. Perbedaan yang paling kentara antara adalah di Simbalun Lawang adat istiadat sudah agak pudar dan Simbalun Bumbung yang masih memegang teguh.

"Penyebab perpecahan itu karena orang Bumbung merasa lebih tinggi egonya. Bahkan ada julukan, kalau bersifat keras seperti orang Bumbung kalau tidak mau mengalah. Keras nangka daya, yaitu buah nangka yang tumbuh di Desa Sembalun Bumbung dan kalau dimasak tidak bisa lunak sehingga diistilahkan nangka daya," jelas dia.



Menurut Suparlan ada beberapa perbedaan anak tangga yang meunuju pintu masuk rumah di Sembalun Lawang dan Sembalun Bumbung. Kalau di Sembalun Lawang anak tangga hanya ada 4 buah, kalau di Sembalun Bumbung terdapat 7.

"Kalau di Bumbung ada 7 anak tangga pasti kan lebih tinggi bangunannya. Karena mereka merasa lebih tinggi derajatnya. Lalu yang terakhir ada bangunan lumbung yang digunakan untuk menyimpan gabah atau hasil panen," katanya. 


EmoticonEmoticon