Karakteristik Perkembangan Anak Usia
SD/MI (Usia 7-13th)
a.
Segi
Psikomotorik
· Anak sudah
memiliki gerakan yang bebas dan aman. Hal ini berguna untuk melakukan berbagai
gerakan motorik kasar (jasmani) seperti memanjat, berlari dan menaiki tangga.
· Memiliki
kemampuan dalam melakukan koordinasi dan keseimbangan badan. Misalnya ketika
berjalan atau berlari dengan berbagai pola
· Anak sudah
dapat memperkirakan kegiatan/gerakan yang berbahaya dan tidak berbahaya
· Anak sudah
dapat memakai pakaian dengan rapi
· Anak sudah
bias menunjukkan kebersihan dalam berpakaian, badan dan alat-alat yang dibawa
b.
Segi Mental
· Anak sudah
mulai memahami beberapa konsep abstrak seperti menghitung tanpa menggunakan
benda
· Anak sudah
dapat menghubungkan suatu objek atau kejadian dengan konsep tertentu yang
bersifat abstrak. Misalnya tentang luas dan volume
· Anak dapat
menunjukkan kreativitasnya dalam membentuk sesatu karya tertentu
· Anak dapat
menciptakan sesiatu bentuk/benda dengan menggunakan alat
· Anak dapat
membuat gambar-gambar dengan menggunakan sudut perspektif sederhana
· Anak dapat
menampilkan sifat ingin tahu
· Anak dapat
merumuskan dan menunjukkan pengertian terhadap sesuatu
· Anak sudah
dapat mengikuti peraturan yang berlaku umum
· Anak dapat
menyelesaikan tugas yang diberikan guru, baik sendiri maupun kerja sama
· Anak dapat
menunjukkan aktivitasnya dalam berbagai kegiatan sekolah maupun di
lingkungannya
· Anak dapat
memperlihatkan insiatif dan alternative untuk memecahkan masalah-masalah
tertentu
c.
Segi Sosial
– Emosionalitas
· Anak mulai
tidak suka terikat dengan orang dewasa
· Anak dapat
menunjukkan penghargaan terhadap guru atau orang dewasa lainnya
· Anak dapat
menunjukkan sikap empati terhadap suatu kondisi
· Anak
menunjukkan keceriaan dalam berbagai aktivitas bersama kelompok teman sebayanya
· Anak dapat
menunjukkan sikap marah dalam kondisi yang wajar
· Anak
menunjukkan kepedulian terhadap orang lain
· Anak
menunjukkan tenggang rasa dan penghargaan terhadap teman
· Anak
menunjukkan rasa solidaritas terhadap teman sekelompoknya
· Anak telah
memiliki kemauan untuk menceritakan sesuatu kepada teman-temannya
- Pengertian
membaca permulaan
Membaca permulaan dalam pengertian ini adalah membaca
permulaan dalam teori keterampilan, maksudnya menekankan pada proses penyandian
membaca secara mekanikal. Membaca permulaan yang menjadi acuan adalah membaca
merupakan proses recoding dan decoding (Anderson, 1972:
209).Membaca merupakan suatu proses yang bersifat fisik dan
psikologis. Proses yang bersifat fisik berupa kegiatan
mengamati tulisan secara visual. Dengan indera visual, pembaca mengenali dan
membedakan gambar-gambar bunyi serta kombinasinya. Melalui proses recoding, pembaca
mengasosiasikan gambar-gambar bunyi beserta kombinasinya itu dengan
bunyi-bunyinya. Dengan proses tersebut, rangkaian tulisan yang dibacanya
menjelma menjadi rangkaian bunyi bahasa dalam kombinasi kata, kelompok kata,
dan kalimat yang bermakna.
Disamping itu, pembaca mengamati tanda-tanda baca
untuk mrmbantu memahami maksud baris-baris tulisan. Proses psikologis berupa
kegiatan berpikir dalam mengolah informasi. Melalui proses decoding, gambar-gambar
bunyi dan kombinasinya diidentifikasi, diuraikan kemudian diberi makna. Proses
ini melibatkan knowledge of the world dalam skemata yang berupa
kategorisasi sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam gudang
ingatan (Syafi’ie, 1999: 7).
Menurut La Barge dan Samuels (dalam Downing and Leong,
1982: 206) proses membaca permulaan melibatkan tiga komponen, yaitu (a) visual
memory (vm), (b) phonological memory (pm), dan (c) semantic memory (sm).
Lambang lambang fonem tersebut adalah kata, dan kata dibentuk menjadi kalimat. Proses
pembentukan tersebut terjadi pada ketiganya. Pada tingkat VM, huruf, kata dan
kalimat terlihat sebagai lambang grafis, sedangkan pada tingkat PM terjadi
proses pembunyian lambang. Lambang tersebut juga dalam bentuk kata, dan
kalimat.
Proses pada tingkat ini bersumber dari VM dan PM.
Akhirnya pada tingkat SM terjadi proses pemahaman terhadap kata dan kalimat.
Selanjutnya dikemukakan bahwa untuk memperoleh
kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan (a)
lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan (c)
memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.
Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum
memiliki ketrampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam
tahap belajar untuk memperoleh ketrampilan / kemampuan membaca.
Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar
mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat menyuarakan
lambang-lambang bunyi bahasa tersebut,untuk memperoleh kemampuan membaca
diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan (a) lambang-lambang tulis,
(b) penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan (c) memasukkan makna dalam
kemahiran bahasa.Membaca permulaan merupakan suatu proses ketrampilan dan
kognitif. Proses ketrampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan
lambang-lambang fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan
lambang-lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau
kalimat.
- b.
Pembelajaran membaca permulaan
Pembelajaran memabaca permulaan diberikan di kelas I
dan II. Tujuannya adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan
tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut
(Akhadiah, 1991/1992: 31). Pembelajaran membaca permulaan merupakan tingkatan
proses pembelajaran membaca untuk menguasai sistem tulisan sebagai representasi
visual bahasa. Tingkatan ini sering disebut dengan tingkatan belajar membaca (learning
to read). Membaca lanjut merupakan tingkatan proses penguasaan membaca
untuk memperoleh isi pesan yang terkandung dalam tulisan.Tingkatan ini disebut
sebagai membaca untuk belajar (reading to learn). Kedua tingkatan
tersebut bersifat kontinum, artinya pada tingkatan membaca permulaan yang fokus
kegiatannya penguasaan sistem tulisan, telah dimulai pula pembelajaran membaca
lanjut dengan pemahaman walaupun terbatas. Demikian juga pada membaca lanjut
menekankan pada pemahaman isi bacaan, masih perlu perbaikan dan penyempurnaan
penguasaan teknik membaca permulaan (Syafi’ie,1999: 16).
- c.
Metode-metode membaca permulaan
Metode adalah cara yang telah teratur dan terpilih
secara baik untuk mencapai suatu maksud, cara mengajar (KBB,1984: 649).
Sedangkan yang dimaksud dengan membaca permulaan adalah pengajaran membaca awal
yang diberikan kepada siswa kelas 1 dengan tujuan agar siswa terampil membaca
serta mengembangkan pengetahuan bahasa dan keterampilan bahasa guna menghadapi
kelas berikutnya.
Dalam pembelajaran membaca permulaan, ada berbagai
metode yang dapat dipergunakan , antara lain (1) metode abjad (2) metode bunyi
(3) metode kupas rangkai suku kata (4) metode kata lembaga (5) metode global
dan (6) metode Struktual Analitik Sinteksis (SAS).(Alhkadiah,1992: 32-34).
a) Metode abjad dan
metode bunyi
Menurut Alhkadiah,kedua metode ini sudah sangat tua.
Menggunakan kata-kata lepas, misalnya:
Metode
abjad
: bo-bo-bobo
la-ri-lari
Metode
bunyi
: na-na-nana
lu-pa-lupa
b) Metode kupas rangkai
suku kata dan metode kata lembaga
Kedua metode ini menggunakan cara mengurai dan
merangkaikan. Misalnya:
Metode kupas rangkai suku
kata : ma ta-ma ta
pa pa-pa pa
Metode kata lembaga
: Bola-bo-la-b-o-l-a-b-o-l-a-bola
c) Metode global
Metode global timbul sebagai akibat adanya pengaruh
aliran psikologi gestalt, yang berpendapat bahwa suatu kebulatan atau kesatuan
akan lebih bermakna daripada jumlah
bagian-bagiannya.Memperkenalkan kepada siswa beberapa
kalimat, untuk dibaca.
d) Metode SAS
Metode ini dibagi menjadi 2tahap, yaitu: (1) tanpa
buku (2) menggunakan buku.Mengenai itu, Momo(1987) mengemukakan beberapa cara
yaitu:
1. Tahap tanpa buku, dengan cara:
- Merekam bahasa siswa
- Menampilakn gambar sambil bercerita
- Membaca gambar
- Membaca gambar dengan kartu kalimat
- Membaca kalimat secara struktual (S)
- Proses Analitik (A)
- Proses Sintetik (S)
2. Tahap dengan buku, dengan cara:
- Membaca buku pelajaran
- Membaca majalah bergambar
- Membaca bacaan yang disususn oleh guru dan siswa.
- Membaca bacaan yang disusun oleh siswa secara
berkelopok.
- Membaca bacaan yang disusun oleh siswa secara
individual.
Metode ini yang dipandang paling cocok dengan jiwa
anak atau siswa adalah metode SAS menurut Supriyadi dkk (1992). Alasan mengapa
metode SAS ini dipandang baik adalah:
- Metode
ini menganut prinsip ilmu bahasa umum, bahwa bentuk bahasa yang terkecil
adalah kalimat.
- Metode
ini memperhitungkan pengalaman bahasa anak.
- Metode
ini menganut prinsip menemukan sendiri.
Kelemahan metode SAS, yaitu:
- Kurang
praktis
- Membutuhkan
banyak waktu
- Membutuhkan
alat peraga
- d.
Pengertian menulis permulaan
Menulis adalah melahirkan pikiran atau gagasan
(seperti mengarang,membuat surat) dengan tulisan (Kamus Besar Bahasa
Indonesia,1993:968) menurut pengertian ini menulis merupakan hasil, yaitu
melahirkan pikiran dalam perasaan kedalam tulisan. Menulis atau mengarang
adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan
penulis dapat dipahami pembaca (Tarigan, 1986:21).
Dari pengertian menulis tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa menulis adalah proses mengungkapkan gagasan, pikiran dan
perasaan dalam bentuk tulisan.
- e.
Metode dan pembelajaran menulis permulaan
a. Metode Eja
Metode eja di dasarkan pada pendekatan harfiah,
artinya belajar membaca dan menulis dimulai dari huruf-huruf yang dirangkaikan
menjadi suku kata. Oleh karena itu pengajaran dimulai dari pengenalan
huruf-huruf. Demikian halnya dengan pengajaran menulis di mulai dari huruf
lepas, dengan langka-langkah sebagai berikut:
1). Menulis huruf lepas
2). Merangkaikan huruf lepas menjadi suku kata
3). Merangkaikan suku kata menjadi kata
4). Menyusun kata menjadi kalimat (Djauzak, 1996:4)
b. Metode kata lembaga
Metode kata lembaga di mulai mengajar dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1). Mengenalkan kata
2). Merangkaikan kata antar suku kata
3). Menguraikan suku kata atas huruf-hurufnya
4). Menggabungkan huruf menjadi kata (Djauzak, 1996:5)
c. Metode Global
Metode global memulai pengajaran membaca dan menulis
permulaan dengan membaca kalimat secara utuh yang ada di bawah gambar.
Menguraikan kalimat dengan kata-kata, menguraikan kata-kata menjadi suku kata
(Djauzak, 1996:6).
d. Metode SAS
Menuryut (Supriyadi, 1996: 334-335) pengertian metode
SAS adalah suatu pendekatan cerita di sertai dengan gambar yang didalamnya
terkandung unsur analitik sintetik. Metode SAS menurut (Djuzak,1996:8) adalah
suatu pembelajaran menulis permulaan yang didasarkan atas pendekatan cerita
yakni cara memulai mengajar menulis dengan menampil cerita yang diambil dari
dialog siswa dan guru atau siswa dengan siswa. Teknik pelaksanaan pembelajaran
metode SAS yakni keterampilan menulis kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata
dan kartu kalimat, sementara sebagian siswa mencari huruf, suku kata dan kata,
guru dan sebagian siswa menempel kata-kata yang tersusun sehingga menjadi
kalimat yang berarti (Subana). Proses operasional metode SAS mempunyai
langkah-lagkah dengan urutan sebagai berikut:
a. Struktur yaitu menampilkan keseluruhan.
b. Analitik yatu melakukan proses penguraian.
c. Sintetik yaitu melakukan penggalan pada struktur
semula.
Demikian langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam
pembelajaran menulis permulaan dengan metode SAS, sehingga hasil belajar itu
benar-benar menghasilkan struktur analitik sintetik (Subana:176).
1.
Kesimpulan
Membaca merupakan suatu proses yang bersifat fisik dan
psikologis. Proses yang bersifat fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara
visual. Dengan indera visual, pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar
bunyi serta kombinasinya. Sedangkan menulis adalah proses mengungkapkan
gagasan, pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan.
Dalam pembelajaran membaca permulaan, ada 6 metode
yang dapat dipergunakan , antara lain (1) metode abjad (2) metode bunyi (3)
metode kupas rangkai suku kata (4) metode kata lembaga (5) metode global dan
(6) metode Struktual Analitik Sinteksis (SAS).(Alhkadiah,1992: 32-34).
Sedangkan dalam pembelajaaran menulis permulaan ada 4 metode yang dapat
diterapkan, yaitu (1) metode eja (2) metode kata lembaga (3) metode global dan
(4) metode SAS.
Dari semua metode yang ada, metode yang paling efektif
diterapkan untuk proses pembelajaran membaca dan menulis pada anak SD dikelas
rendah adalah metode SAS, yaitu suatu pendekatan cerita di sertai dengan gambar
yang didalamnya terkandung unsur analitik sintetik. Namun metode SAS ini juga
mempunyai beberapa kelemahan, yaitu:
- Kurang
praktis
- Membutuhkan
banyak waktu
- Membutuhkan
alat peraga.
2.
Saran
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan dalam upaya meningkatkan mutu proses pembelajaran membaca dan
menulis. Dalam proses pembelajaran membaca dan menulis permulaan dikelas 1 SD
hendaknya guru dapat menerapkan metode SAS.
EmoticonEmoticon